REMAJA yang merasa lingkungan sekitarnya berbeda, di situlah mereka menyatakan dirinya sedang tidak baik-baik saja. Hal ini kerap terjadi pada generasi muda di usia 20 – 30 tahun yang memasuki masa krisis seperempat kehidupan atau akrab dikenal dengan quarter life crisis.

Proses pencarian jati diri dimulai sejak individu memasuki usia dewasa, yaitu sekitar usia 20 tahun, ketika mereka mulai menghadapi realitas hidup. Proses ini menjadi sulit karena individu sering menjalani kesendirian, membuat segala aspek kehidupan terasa rumit.

Menurut data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Statistik Indonesia 2023 pada bulan Februari yang lalu, populasi penduduk Indonesia saat ini mencapai 275,7 juta jiwa, terdiri dari 139,3 juta laki-laki dan 136,3 juta perempuan dengan kelompok usia 20-29 tahun memiliki populasi penduduk terbanyak, mencapai 44,95 juta jiwa.

Keadaan ini berkaitan dengan minat menjalin hubungan interpersonal di mana kita akan bertemu dengan berbagai macam sifat manusia yang membuat kita merasa tidak berdaya, terisolasi, meragukan kemampuan diri, dan takut gagal. Kecemasan dalam menghadapi masa depan merupakan salah satu contoh nyata yang sering dialami seseorang saat memasuki masa dewasa awal dan diiringi dengan quarter life crisis.

Quarter life crisis ini biasanya mempunyai dampak bagi seseorang yang menimbulkan perasaan ketidakbahagiaan dan kecemasan berkisar pada masalah pekerjaan, hubungan interpersonal, keuangan, dan karakteristik pribadi lainnya. Dengan demikian diperoleh informasi bahwa akibat yang disebabkan karena quarter life crisis sebagai berikut:

Merasa Putus Asa dan Kecemasan 

Timbulnya perasaan bahwa segala sesuatu yang dikerjakan hanya akan berakhir sia-sia, gagal, dan tidak berarti. Perasaan ini diperparah oleh teman sebaya yang telah sukses dalam bidang akademik atau karier, sementara mereka merasa tertinggal meskipun memulai di waktu yang sama. Putus asa ini muncul karena kurangnya dukungan diri sendiri untuk berkembang dan kurangnya jaringan yang terbangun.

Kebimbangan dalam Mengambil Keputusan

Banyaknya pilihan dalam hidup dapat menimbulkan harapan yang membuat individu merasa bingung dan takut. Mereka percaya bahwa keputusan yang diambil sekarang akan mempengaruhi masa depan mereka, sehingga mereka ragu apakah pilihannya sudah tepat. Karena kurangnya pengalaman, individu sering mengalami kebimbangan dalam membuat keputusan yang tepat.

Penilaian Diri Negatif

Individu mulai meragukan kemampuan mereka dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Mereka kesulitan dan sering meragukan diri sendiri, meskipun menyadari bahwa banyak orang lain juga menghadapi hal serupa. Individu cenderung memandang rendah diri mereka sendiri dan sering membandingkan diri dengan orang lain.

Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menghadapi quarter life crisis:

Meningkatkan kekuatan fisik dan mental

Tantangan hidup tentunya beragam bagi setiap individu seperti halnya quarter life crisis, dapat dialami oleh siapapun. Untuk menghadapinya, diperlukan kekuatan fisik dan mental agar masalah tidak memburuk.

Memiliki konsep diri yang positif

Konsep diri yang positif sangat dibutuhkan supaya seseorang benar-benar memahami dirinya sendiri, sehingga mereka dapat menerima segala kelebihan dan kekurangannya, juga evaluasi terhadap diri agar mampu merumuskan tujuan yang realistis, yaitu tujuan yang memungkinkan untuk dicapai. Mereka juga dapat menghadapi masa depan dengan percaya diri dan memandang hidup sebagai sebuah proses eksplorasi.

Mencoba Melakukan Terapi

Tidak semua orang yang mengalami quarter life crisis mau berkonsultasi dengan ahli seperti psikolog, terapis, atau konselor. Bagi sebagian orang, hal ini masih dianggap tabu. Namun, berkonsultasi dan menjalani terapi dengan profesional yang kompeten dapat sangat membantu dalam memperkuat diri saat menghadapi quarter life crisis.