Mengenal Nganggung, Tradisi Turun Temurun Masyarakat Bangka Belitung
Tradisi sangat erat hubungannya dengan masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang kaya akan keragaman penduduk, etnis, dan budaya. Termasuk Budaya Melayu Bangka yang sangat melekat pada daerah yang dikenal dengan nama Bumi Serumpun Sebalai ini. Salah satu yang melekat pada tradisi adat Melayu Bangka yang hingga saat ini masih dilakukan secara turun temurun yaitu Nganggung.
Nganggung sendiri merupakan tradisi membawa makanan dari rumah masing-masing ke sebuah pertemuan besar. Umumnya nganggung dilakukan Ketika menjelang hari besar agama Islam. Tak hanya itu, Nganggung juga biasanya dilakukan dalam rangka menyambut tamu kehormatan, merayakan panen berlimpah, hingga menjelang acara pernikahan.
Disebut kegiatan Nganggung yang dalam bahasa melayu Bangka berarti membawa sesuatu dalam jumlah yang banyak. Biasanya dulang atau tempat menyusun makanan ini ada yang terbuat dari kuningan, timah atau kayu. Selain dulang, wadah yang menjadi ciri khas Nganggung adalah tutup saji yang terbuat dari anyaman daun pandan berduri atau daun nipah khas Bangka yang diberi warna mencolok merah, kuning dan hijau sebagai warna khas.
Diatas dulang itu diaturlah piring-piring yang berisikan makanan seperti nasi lengkap dengan lauk pauknya, kue-kue atau buah-buahan. Lalu dulang tersebut ditutup dengan tudung saji.
Setelah makanan diatur dalam dulang tersebut, kemudian dibawa ke tempat seperti tersebut di atas yaitu ke Masjid atau Surau atau Balai Desa.
Maka tradisi Nganggung memiliki slogannya sendiri yaitu 'Sepintu Sedulang' yang artinya setiap rumah (sepintu atau satu pintu) membawa satu dulang (sedulang).
Dari tradisi ini dapat mencerminkan kehidupan sosial masyarakat Bangka Belitung saling bahu membahu, gotong royong, berat sama dipikul ringan sama dijinjing, susah senang bersama, selalu menjaga serta menjalin tali kekeluargaan dan hubungan silaturrahim antara sesama.
Adapun kebersamaan ini tidak hanya ditujukan kepada warga Bangka Belitung itu sendiri saja akan tetapi juga kepada para pendatang yang datang ke Bangka Belitung.
Sumber : Diskominfo Babel
Penulis : Budi
Fotografer : Lastriasi