Kehidupan Pribadi vs Karir: Dilema Generasi Muda Indonesia di Zaman Digital
PERKEMBANGAN teknologi dan digitalisasi telah mengubah gaya hidup banyak orang. Perubahan nilai-nilai dalam masyarakat yang berkembang secara signifikan menyebabkan beberapa aspek kehidupan menjadi sulit dikendalikan, terutama bagi generasi muda saat ini.
Salah satu perubahan yang terlihat jelas adalah pola hidup dan perilaku dari generasi muda yang berubah drastis. Generasi muda Indonesia kini hidup dalam dunia yang berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka dihadapkan pada tantangan unik dalam menyeimbangkan antara kehidupan pribadi, dan karir di tengah kemajuan teknologi yang pesat. Fenomena ini memunculkan dilema yang kompleks dan memerlukan perhatian khusus.
Kemudahan perkembangan atas teknologi digital mampu memberikan banyak keuntungan bagi generasi muda. Akses informasi yang tidak terbatas, peluang untuk bekerja dari mana saja, dan berbagai platform untuk berkreasi, dan berinovasi merupakan beberapa diantaranya. Generasi muda Indonesia kini dapat mengembangkan karir dengan lebih fleksibel dan dinamis. Mereka bisa menjalankan bisnis online, menjadi content creator, atau bekerja sebagai freelancer tanpa batasan geografis.
Namun, dibalik kemudahan tersebut, terdapat tantangan besar yang seringkali tidak disadari. Kehidupan digital yang serba cepat dan selalu terhubung, menimbulkan tekanan yang signifikan pada kesejahteraan mental dan emosional. Generasi muda seringkali merasa terjebak dalam siklus kerja yang tidak mengenal waktu, mengaburkan batas antara waktu kerja dan waktu pribadi. Stres, kelelahan, dan burnout menjadi ancaman nyata yang mengintai mereka yang tidak mampu mengelola waktu dengan baik.
Menurut survei Cigna International Health di tahun 2023, hampir 12.000 pekerja di seluruh dunia, 91 persen pekerja di usia 18-24 tahun alias Gen Z mengalami stres. Akibat dari dampak ini, beragam fenomena sosial yang tanpa disadari memberikan stimulus negatif kepada generasi muda.
Siapa generasi muda sebenarnya?
Generasi muda saat ini mencakup individu yang tumbuh dan berkembang di era modern, di mana teknologi dan digitalisasi telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Generasi Z (Gen Z) dan milenial yang merupakan bagian dari generasi muda ini adalah kelompok yang sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi. Gen Z (milenial) merupakan generasi pertama yang tidak pernah mengalami dunia tanpa internet, dan mereka tumbuh dengan akses mudah ke informasi dan teknologi, seperti smartphone dan media sosial.
Sebagai digital natives, Gen Z (milenial) memiliki kemampuan yang luar biasa dalam menggunakan teknologi. Terbiasa dengan alat digital yang membuat mereka mudah menghasilkan karya seni, musik, dan ide-ide inovatif. Namun, dibalik itu juga ada tantangan bagi kehidupan generasi ini ke depannya.
Berdasarkan survei dari perusahaan riset Populix tahun 2023, berdasar pada keputusan, rencana, dan pertimbangan generasi muda (Gen Z) dan milenial dalam mempersiapkan pernikahan. Hal ini mengakibatkan banyak dari genarasi muda yang lebih mengesampingkan kehidupan pribadi seperti menikah, karena fokus dengan karir yang dimiliki.
Menurut penelitian Kusumawati (2019), fenomena menunda pernikahan pada generasi muda (Gen Z/milenial) di Indonesia terjadi karena beberapa faktor, salah satunya yakni kepentingan karir. Banyak dari generasi muda yang cenderung ingin lebih fokus pada karir mereka sebelum menikah, karena mereka percaya bahwa karir yang baik dapat memberikan kehidupan yang lebih stabil, dan bahagia di masa depan. Sehingga, pernikahan menjadi hal yang ditunda hingga karir mereka terbentuk. Hal ini sebenarnya tidak juga buruk, karena memilih karir mampu memberikan waktu yang lebih banyak untuk berkembang dan mengembangkan diri, namun juga dapat memberikan tekanan sosial dan psikologis.
Tantangan ke masa depan
Digital yang membawa polarisasi fenomena baru di kalangan generasi muda dalam kehidupan pribadi dan karir mereka tidak bisa dipungkiri akan ada dan terjadi. Hal ini tentu akan menimbulkan beberapa tantangan dalam kehidupan generasi muda.
Salah satu tantangan yang akan hadir adalah terkait ekspektasi sosial dan budaya. Di Indonesia, nilai-nilai tradisional masih sangat kuat, di mana keberhasilan sering diukur dari pencapaian karir dan stabilitas ekonomi. Generasi muda merasa terdorong untuk mencapai kesuksesan secepat mungkin, sehingga hal ini melatarbelakangi mereka untuk mengorbankan kehidupan pribadi mereka. Tentu ini akan berdampak buruk yang menyebabkan mereka mengalami krisis identitas dan kehilangan makna hidup.
Langkah yang harus dilakukan
Untuk mengatasi dilema ini, generasi muda Indonesia perlu mengadopsi pendekatan yang lebih seimbang dan bijaksana.
Pertama, penting untuk menetapkan batasan yang jelas antara waktu kerja dan waktu pribadi. Ini dapat membangun kebiasaan berupaya melakukan stabilisasi pekerjaan di luar jam kerja yang dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kualitas hidup.
Kedua, memprioritaskan kesehatan mental dan fisik adalah langkah penting. Aktivitas seperti olahraga, meditasi, dan hobi yang menyenangkan dapat menjadi penyeimbang yang efektif.
Terakhir, dukungan dari lingkungan sekitar, termasuk keluarga dan komunitas, sangat penting. Budaya kerja yang lebih manusiawi, di mana kesejahteraan karyawan diutamakan, juga perlu didorong. Perusahaan harus mengakui pentingnya work-life balance dan menciptakan kebijakan yang mendukung hal tersebut.
Generasi muda juga perlu diberdayakan dengan keterampilan manajemen waktu dan pengelolaan stres. Pendidikan dan pelatihan yang fokus pada pengembangan diri secara holistik, bukan hanya keterampilan teknis, dapat menjadi solusi jangka panjang.
Pada akhirnya, tantangan kehidupan pribadi vs karir di era digital adalah realitas yang harus dihadapi dengan bijak. Generasi muda Indonesia memiliki potensi besar untuk meraih kesuksesan yang tidak hanya diukur dari pencapaian karir, tetapi juga dari kualitas hidup dan kebahagiaan pribadi. Dengan pendekatan yang tepat, mereka dapat menemukan keseimbangan yang harmonis antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, menciptakan masa depan yang lebih sehat dan bahagia.
Sumber : -
Penulis : Nuryana
Fotografer : -