Cerpen Motivasi 'Resilensi Menuju Merdeka Berprestasi'
Amir: Tantangan Dijadikan Peluang!
Salsabillah Ridha A
Terik matahari tak mengubah senyuman manis Amir menjadi hambar saat berbincang kala itu. Raut wajahnya sedikit lelah, namun ia tak terlihat kesal dan mengeluh. Saat matahari perlahan tenggelam di ufuk barat, Amir bercerita mengenai kisah kehidupan serta perjuangannya di perantauan.
Lelaki yang berumur 15 tahun tersebut, saat ini berstatus sebagai perserta didik di salah satu SMA Negeri di Kota Pangkalpinang. Pada transisi tahun 2016-2017, ia tak lebih dari seorang siswa yang sedang menempuh pendidikan di sekolah dasar kelas 3 yang sibuk mempertanyakan mengapa hal ini harus terjadi pada dirinya.
Sudah hampir 7 tahun, Amir dibesarkan oleh ibunya yang menyandang gelar orang tua tunggal atau single parent. Ibunya merupakan orangtua yang hebat dan selalu siap sedia untuk Amir. Beliau selalu mendukung penuh semua hal positif yang dilakukan oleh Amir, serta selalu berada di garda terdepan menjadi tameng untuk Amir. Hidup berdua dengan ibu tidak menjadikan Amir baik-baik saja.
Saat Amir menempuh pendidikan jenjang sekolah dasar, ia sering sekali diejek oleh teman- temannya karena karakter Amir yang sedikit gemulai. Ia mengaku hal ini dapat terjadi pada dirinya karena ketidakhadiran sosok ayah serta faktor lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Namun, sungguh ia tak berharap hal ini terjadi pada dirinya. Ejek-ejekan tersebut sering dilontarkan kepada Amir, sempat membuat ia merasa malu, sedih, kesal, takut untuk bertemu orang lain, hingga merasa tak percaya diri. Sungguh, pada masa-masa itu merupakan fase yang sulit bagi Amir, ia merasa tak berdaya dan hilang harapan.
Ketika harapan itu dirasa tidak ada, Tuhan tak ragu memberikan kesempatan kepada Amir untuk mengukir kebahagiaannya. Saat ia berada di titik terendah dalam hidup, ia mendapatkan kesempatan untuk keluar dari lingkungan yang menurutnya toxic (memberikan dapat buruk pada diri orang lain) membuat Amir merasa tidak percaya diri dan malu. Kesempatan tersebut berupa penawaran dari ibunya. Amir ditawarkan untuk pindah sekolah ke Kota Pangkalpinang, tanpa pikir panjang Amir menerima tawaran sang ibu. Takkan mungkin ia menolak penawaran emas tersebut, hatinya mantap untuk meninggalkan kampung halaman. Menurut Amin, keadaan di desanya sangat berbeda jauh dengan hal yang diinginkan oleh Amir. Amir berpikir dengan tidak berada di lingkungan toxic, ia dapat mengembangkan potensi dirinya. Alasan lain ia memberanikan diri untuk merantau di usia yang akan beranjak remaja yakni, rendahnya kualitas sumber daya manusia yang menurut Amir menjadi salah satu alasan desanya cenderung sulit untuk maju.
Agustus 2019, dengan langkah pasti Amir meninggalkan kampung halaman, meninggalkan lingkungan toxic dan meninggalkan ibunya. Dengan harapan baru, Pangkalpinang bisa menjadi tempat yang tepat untuk mengembangkan potensi dan mewujudkan semua harapan dan impian Amir serta ibunya.
Dengan kekuasaan-Nya, kehidupan Amir di awal ia pindah tidak seindah yang dibayangkan. Ia harus berdaptasi dengan berbagai hal baru, banyak hal yang masih terdengar asing baginya, dan memahami karakter-karakter orang lain pada lingkungan baru ternyata tak semudah seperti yang ia bayangkan.
Di perantauannya, anak laki-laki berumur 11 tahun tersebut ternyata lagi dan lagi harus merasakan hal yang tidak mengenakkan. Entah kebahagiaan yang seperti apa yang sedang dirancang oleh Tuhan untuk Amir sehingga dirinya terus menerus diuji.
Ejekan yang sama seperti saat ia bersekolah di desa pun terjadi di perantauan. Sungguh bukan hal tersebut yang Amir inginkan, tak henti-henti ia mendengarkan berbagai hal yang menyakiti hatinya. Tak ada yang dapat Amir lakukan selain bersabar dan tidak menyerah. Amir berpikir ia hanyalah anak rantau yang sedang mengadu nasib di daerah orang lain dan berharap agar di akhir masa perantauannya ia dapat mewujudkan harapan dan doa-doa ibunya.
Hampir satu tahun Amir menjadi anak rantau, dengan keyakinan hati serta ketangguhan diri ia dapat melewati hal-hal yang tidak mengenakan tersebut. Amir berhasil beradaptasi dengan lingkungan barunya. Amir juga berhasil memahami dan menghargai berbagai karakter orang- orang pada lingkungan yang baru. Amir mengaku ia sebetulnya bukan sudah bisa melewati hal tersebut, tetapi setelah ia sadari ia hanya sudah terbiasa sehingga jika ada orang yang memberikan ejekan, ia tidak mau ambil pusing dengan terlalu memikirkan pendapat orang lain karena dengan ia terlalu memikirkan hal tersebut hanya akan membuat dirinya semakin merasa terpuruk. Keputusannya untuk mengabaikan hal itu dengan cara menjadikan ejekan-ejekan tersebut sebagai bahan evaluasi diri sendiri dan sumber energi baru untuk Amir. Lambat laun ia menyadari bahwa ia hanya butuh waktu untuk terbiasa, dengan segala hal yang ia lalui, sehingga mentalnya lebih kuat.
Seragam putih merah pun telah usai Amir gunakan, sudah tiba saatnya untuk Amir melanjutkan pendidikannya ke jenjang SMP. Kehidupannya saat berada di kelas VII tidak berjalan dengan mulus karena terjadi pandemi COVID-19 di seluruh belahan dunia sehingga mengharuskan para peserta didik melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara online. Amir yang baru saja mempunyai smartphone sangat bingung bagaimana sistem online school itu. Terlebih lagi ia sangat ‘berwalang hati’ dengan nilai-nilai nya karena nilainya tersebut sangatlah berpengaruh untuk menentukan kelulusannya saat kelas IX kelak.
Saat Amir beranjak ke kelas VIII, pembelajaran yang sebelumnya dilakukan secara daring mulai berubah ke pembelajaran tatap muka. Pembelajaran tatap muka merupakan awal yang baik bagi Amir, ia bertemu dengan seseorang yang bisa disebut ‘sefrekuensi’ dengannya. Ia adalah Zahra perempuan energik dan ceria, yang menjadi teman baik Amir. Singkat cerita Zahra merupakan anak yang memiliki banyak prestasi. Amir optimis dengan ia berteman dengan Zahra dapat memberikan dampak positif dalam hal akademik pada dirinya. Zahra mengajarinya untuk percaya diri dan menghargai setiap progres yang sudah dilakukan. Hingga saat ini, Zahra tetap menjadi support system bagi Amir. Banyak hal positif yang sudah mereka lakukan bersama, seperti mengikuti lomba, menjadi partner bisnis, dan lain sebagainya.
Pertengahan tahun 2023 menjadi tahun terakhir untuk Amir dapat bertemu dengan Zahra setiap hari. Setelah kelulusan ia dan Zahra akan jarang sekali bertemu, hal ini dikarenakan Amir dan Zahra melanjutkan pendidikan ke SMA yang berbeda. Walaupun mereka jarang berjumpa, mereka tetap memiliki hubungan yang baik.
Tiba waktunya Amir mengakhiri masa putih biru dan membuka lembaran baru di hidupnya dengan mengenakan seragam abu-abu. Tak perlu waktu lama untuk Amir beradaptasi dengan lingkungan barunya. Amir mudah untuk bergaul, Amir juga sudah dapat mengekspresikan dirinya, ia tak perlu takut lagi jika kejadian tidak mengenakkan seperti saat ia SD akan terulang lagi. Ia sangat nyaman dengan lingkungannya yang sekarang. Ia banyak mengikuti lomba, kegiatan-kegiatan sosial, dan hal-hal positif yang belum pernah ia lakukan sebelumnya. Banyak perubahan positif yang Amir rasakan semenjak ia menempuh pendidikan di bangku SMA, bahkan dapat dikatakan kehidupan Amir berubah 180 derajat semenjak ia SMA.
Jika ditanya, apa rahasia dibalik perubahan kehidupan Amir sehingga bisa resilien saat ini?
“Cintai diri sendiri, ayo beranikan diri untuk berekspresi menjadi diri sendiri. Jangan dengarkan kata orang lain yang bisa membuat kita menjadi semakin terpuruk, ucapan buruk orang lain jadikan bahan evaluasi untuk diri sendiri. Sedih karena cibiran dari orang boleh tapi jangan berlarut, jadikan itu bahan motivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik di kemudian hari”
Hidup ini tak akan pernah bisa berjalan sesuai dengan keinginan kita, pastinya akan ada banyak cobaan yang diberikan oleh-Nya. Percayalah dibalik semua ujian yang diberikan, di waktu yang bersamaan juga Tuhan sedang merancang sesuatu yang indah untuk kehidupan. Mungkin kita merasa tidak mampu dengan ujian-Nya. Namun, jika saat ini kita masih diberi kesempatan untuk merasakan indahnya dunia di tengah banyaknya ujian yang diberikan, itu berarti akan ada kebahagiaan yang sedang Tuhan rancang untuk kita di hari yang akan datang untuk melengkapi perjalanan dan pelajaran dalam hidup kita.
Sumber : Kominfo Babel Academy
Penulis : Salsabillah Ridha Azzahra
Fotografer : Zheva
Editor: Admin